LON.COM, Palembang – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru menegaskan pentingnya menjaga dan memperkuat kerukunan antar umat beragama sebagai kunci utama terciptanya daerah yang aman dan damai. Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Rapat Koordinasi Kerukunan Umat Beragama bertema “Memperkuat Kerukunan, Membangun Perdamaian Menuju Indonesia Emas 2045” di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Kamis (9/10/2025).
Dalam sambutannya, Herman Deru menyebut kata “kerukunan” tampak sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam. Menurutnya, kerukunan tidak hanya cukup diucapkan, tetapi harus diwujudkan melalui tindakan nyata di semua tingkatan masyarakat.
“Kerukunan itu bukan hanya diucapkan di lisan. Ia harus diupayakan dan dijaga dengan kerja keras, dengan toleransi, dan dengan kesadaran bersama,” tegasnya.
Herman Deru menyoroti munculnya berbagai bentuk intoleransi yang dapat menjadi ancaman nyata bagi keharmonisan sosial. Terlebih, di era digital saat ini, media sosial sering kali menjadi ruang penyebaran virus intoleransi yang dapat menular tanpa disadari.
“Kita kadang tidak sadar kalau sudah terjangkit virus intoleransi. Karena itu, melalui rakor ini, kita harus introspeksi dan saling mengingatkan agar bisa membersihkan diri dari sikap-sikap seperti itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gubernur menekankan bahwa Sumsel memiliki keunggulan yang harus dijaga, yakni status sebagai provinsi dengan zero konflik. Menurutnya, pencapaian ini bukan hal yang mudah, namun merupakan hasil dari tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat.
“Menyebut zero konflik itu mudah, tapi memaknainya tidak sederhana. Setiap kita punya tanggung jawab moral untuk menjaga kondisi ini agar tetap terpelihara,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya mengedepankan musyawarah, baik dalam skala internal maupun eksternal, khususnya bagi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). FKUB, kata Herman Deru, tidak boleh pasif, tetapi harus aktif bermitra dengan berbagai pihak untuk menjaga harmoni.
“FKUB ini tanggung jawabnya bukan hanya organisasi, tapi mewakili seluruh umat beragama. Maka saya minta FKUB aktif menjaga komunikasi, toleransi, dan musyawarah,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur juga menyinggung perlunya mengendalikan ego dalam menyelesaikan persoalan keagamaan, terutama terkait pendirian rumah ibadah yang kerap menjadi isu sensitif.
“Masalah rumah ibadah ini harus diselesaikan dengan musyawarah. Ketua FKUB dan seluruh pengurus harus berperan aktif mencari solusi,” pesannya.
Menutup arahannya, Herman Deru berharap Rakor ini menghasilkan rekomendasi nyata yang dapat dijadikan pedoman FKUB dalam memperkuat kerukunan di Sumsel. “Goal kita tetap sama: menjaga Sumsel tetap zero konflik,” tutupnya.
















